Pada waktu seorang Presiden berbicara didepan DPR and menyampaikan Pidato kenegaraan, biasanya mereka memberikan wejangan mengenai tantangan yang kita hadapi dan kesempatan yang kita miliki. Tetapi sekarang waktunya dan masanya telah berbeda. Dari semua tugas, tanggung jawab dan permasalahan yang kita hadapi, biasanya kita diminta untuk berfokus, bersatu dan mengambil tindakan bersama untuk menjalankan roda perekonomian kita.
Telah terlalu lama, sesudah 62 tahun, sejak Seorang pemimpin menantang orang Indonesia, rakyatnya dan pengusaha, untuk bersama sama berjalan menuju tujuan nasional kita. Bukan hanya saja melihat keadaan kita pada hari ini tapi untuk memberikan pemikiran investasi pada masa depan kita, masa depan yang harusnya jauh lebih baik dari negara manapun juga didunia ini.
Sebuah negara, seperti individu yang berperan didalamnya, pada achirnya harus menentukan sendiri perilakunya, bagaimana masyarakat banyak disekelilingnya menilai perilakunya tersebut, dan bagaimana mereka ingin diingat dan dinilai didalam sejarah. Seperti layaknya setiap Pria maupun Wanita, mereka harus menentukan apakah mereka ingin dikenal didalam sejarah sebagai orang yang berhasil dan memberikan sumbangsihnya kepada Negara.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai kemauan keras layaknya anak muda yang tidak habis energinya, dan mempunyai keberanian yang luar biasa. Melawan segala tantangan, Melawan Belanda, melawan Komunisme, melawan kepemimpinan yang otoriter, melawan mereka yang mempunyai aspirasi memecah belahkan bangsa Indonesia,
Pada saat kebebasan, demokrasi dan keterbukaan, dimana informasi begitu cepat bergerak dari daerah ke daerah, dari Negara ke Negara, dari benua ke Benua, dan perubahan ada didepan mata kita, bangsa Indonesia berteriak untuk melakukan perubahan. Sekarang adalah waktunya bagi semua orang untuk mendengarkan pemimpin kita itu berbicara.
Negara kita memerlukan seorang pemimpin yang memberikan arahan yang baru. Pada tanggal 17 Agustus, Negara kita yang berumur 62 tahun memerlukan satu rencana yang Komprehensip untuk membawa Negara kita pada jalur perubahan tersebut.
Saya merasa kita harus menemukan tujuan tersebut tanpa lupa mencatat apa yang membawa kita pada keadaan sekarang ini. Kita harus mengetahui kesempatan yang ada, tanggung jawab kita sebagai anggota masyarakat maupun sebagai individu, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, pekerjaan, keluarga maupun kepercayaan kita masing-masing. Kita harus meninggalkan kebiasaan partai partai politik kita di Senayan. Kita harus mengatakan pada diri sendiri bahwa tidak akan mendapatkan sesuatu tanpa melakukan apa-apa, dan kita berada didalam kondisi ini, semuanya, bersama-sama.
Kondisi yang membawa kita pada semua ini telah kita ketahui bersama. 10 tahun kita melihat produktivitas yang rendah dan upah pekerja yang stagnan, pengangguran yang berkepanjangan, tidak adanya kesempatan bagi mereka yang telah menempuh ilmu, seperti Sardjana yang menjadi sopir bis, atau pembantu rumah tangga ataupun pekerja harian, menurunnya angka investasi yang harusnya menjadi tulang punggung kita untuk masa depan, tidak adanya jaminan kesehatan bagi rakyat kita, bertambah banyaknya anak anak keluarga miskin, tidak adanya kesempatan belajar dan praktek kerja yang diperlukan bagi sektor penghasilan menegah keatas yang diperlukan dalam peningkatan ekonomi kita.
Sudah terlalu lama kita terombang ambing tanpa mengetahui arah tujuan kita, tanggung jawab ataupun kehidupan bermasyarakat yang bertanggung jawab, Sistim Politik kita sering kali tidak berfungsi oleh karena adanya kelompok kelompok yang partisan dan mementingkan diri sendiri ditambah dengan permasalahan kita yang mempunyai tirai kompleksitas yang begitu besar.
Saya yakin bahwa kita dapat melakukan lebih baik, oleh karena kita tergolong Negara terbesar di dunia dilihat dari jumlah penduduk maupun luas geografisnya.
Saya Yakin bahwa kita dapat melakukan yang lebih baik, karena Tuhan telah memberikan Negara kita kekayaan alam yang tak terhingga. Kalau kita mempunyai pandangan dan perencanaan yang baik, kemauan tulus untuk membuat perubahan, kita akan memasuki decade berikut abad ke 21 ini dengan kemungkinan kemungkinan yang luar biasa yang oleh pendahulu kita tidak pernah terpikirkan tanpa abai menanamkan dasar yang kuat untuk mencapai mimpi dan cita-cita bangsa kita untuk diri kita sendiri maupun penerus bangsa kita.
Saya ingat bagaimana Presiden Soekarno mengatakan : “go to hell with your aid” dan bagaimana Presiden Soeharto mengatakan pada salah satu pidatonya di Era 80-an : “Jika 35 tahun yang lalu kita mengumandangkan ke seluruh pelosok tanah air dan keseluruh dunia bahwa Indonesia telah merdeka, maka masa depan yang indah itulah yang kita angan-angankan. Dan kita sadar kita harus harus berjuang dan harus bekerja keras untuk menyaksikan keindahan masa depan itu.
Namun sekarang saya hanya dapat mengelus dada dan melakukan introspeksi kepada diri saya sendiri dengan bertanya: Apa yang telah terjadi?
Saya mengatakan ini bukan untuk menyalahkan siapapun juga, Sudah banyak kita mempersalahkan orang lain, didalam lingkungan eksekutip maupun legislatip. Waktu untuk saling menyalahkan telah berachir. Sebagai anggota masyarakat dan sebagai bagian dari bangsa Indonesia saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya juga menerima tanggung jawab yang harus saya pikul. Saya juga mengharapkan bahwa kita semua dapat mengambil tanggung jawab untuk masa depan bangsa kita, dan kalau kita berhasil bagi saya tidak menjadi masalah siapa yang nanti akan diberikan penghargaan atas keberhasilan tersebut.